Pages

3 Mei 2011

Menuju Masyarakat Madani yang Dicontohkan Nabi

oleh: K.R.T. H. Ahmad Mukhsin Kamaludiningrat

Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا, أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّااللهُ وَاحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُوالْعِزَّةِ وَالْقُوَّةِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ لِلنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَكُلِّ مَنِ اتَّبَعَ اللهُ الْهُدَى, أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِي وَ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan berbagai kenikmatan yang kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat dan karunia yang tidak terhitung itu. Allah berfirman dalam Q.S. Ibrahim : 34.

وَ اَتَكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوْهُ وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَا إِنَّ اْلِإنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ.
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.

Nikmat yang sering kita lupakan adalah nikmat sehat dan kesempatan. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

نِعْمَتَانِ مَعْبُوْلٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَغُ. (رواه البخاري)
“Ada dua kenikmatan yang sebagian besar manusia lalai yaitu nikmat sehat dan kesempatan”.
Dengan kesehatan dan kesempatan itulah pada hari ini kita bisa melaksanakan Shalat Jumat di Masjid Syuhada yang kita cintai ini.

Allah S.W.T berfirman dalam Q.S.Ibrahim : 7

وَ إِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ.
“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat-Ku) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Jama’ah Jumat yang berbahagia Rahimakumullah,

Hari ini adalah hari Jumat tanggal 8 Rabiul Awwal atau Bulan Maulud tahun 1432 Hijriyah dan Insya Allah empat hari lagi yaitu tanggal 15 Februari 2011 kita akan memperingati maulid Nabi Muhammad S.A.W. Bulan Rabiul Awwal ini adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W dan telah menjadi budaya kita Bangsa Indonesia, hari kelahiran Nabi tersebut diperingati sebagai Hari Besar Umat Islam dan oleh pemerintah dijadikan Hari Libur Nasional. Padahal menurut tuntunan ajaran Islam hari raya itu hanya ada dua: Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Maka tidak mengherankan jika ada yang mengatakan peringatan maulud nabi itu adalah bid’ah. Bolehlah disebut bid’ah tapi Bid’ah Hasanah. Bid’ah yang baik. Artinya, memang suatu kreasi Umat Islam.

Peringatan Maulid Nabi ini tidak hanya menjadi budaya Bangsa Indonesia tetapi juga merupakan kebudayaan yang berkembang di Timur Tengah bahkan sudah diperingati sejak zaman kekhilafahan terakhir Umat Islam yaitu Khilafah Utsmaniyah di Turki.

Kita peringati hari maulid Nabi ini demi untuk dakwah. Sebagaimana yang dimaksudkan pada pelaksanaan peringatan maulid ini pertamakalinya, tujuannya tiada lain adalah untuk dakwah, untuk menggairahkan Umat Islam terhadap agamanya dan meneladani Rasulullah S.A.W karena pada diri Rasulullah itu terdapat contoh / suri tauladan yang baik (uswatun hasanah). Sebagaimana firman Allah S.W.T dalam Q.S. al-Ahzaab : 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الأَخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut dan mengingat Allah”.

Keteladanan Rasulullah yang akan kita kupas pada Khutbah Jumat kali ini adalah: “Bagaimana Rasulullah S.A.W Membangun Masyarakat yang Beriman dan Bertaqwa yang Menghasilkan Barakah dan Kesejahteraan dari Langit dan Bumi”.

Bangunan masyarakat yang beriman dan bertaqwa oleh Rasulullah diawali dengan hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun ke-11 kenabian atau tahun ke-1 hijriyah. Masyarakat negeri yang beliau wujudkan adalah masyarakat yang berbudaya dan berperadaban (bertamadun). Yatsrib yang artinya Kota Penyakit adalah nama tempat hijrah Nabi, tetapi setelah Nabi hijrah dan tinggal di tempat itu, nama Yatsrib oleh Rasulullah S.A.W diganti dengan nama Madinah. Artinya, Kota yang berbudaya, bertamaddun.

Jama’ah Jumat yang berbahagia Rahimakumullah,

Apa yang dilakukan Rasulullah setelah pindah / hijrah ke Madinah sebagai awal pembangunan masyarakat madani? masyarakat yang beriman dan bertaqwa?

Pertama, Memperkuat Ukhuwah Islamiyah. Persatuan umat adalah salah satu syarat taqwa yang sebenarnya (حَقَّ تُقَاتِهِ) disamping berpegang teguh kepada al-Quran (حَبْلِ اللهِ). Hal ini sebagaimana tercantum dalam Q.S. Ali Imran : 102 - 103.

يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسلِمُوْنَ. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ.
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah sekal-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (102) dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan maka Allah menjinakan antara hatimu lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

Ayat 103 ini memberikan penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan “sebenar-benarnya taqwa” (حق تقاته  ). Serta ayat 102 yang menerangkan tentang larangan mati sebelum dalam keadaan Islam. Yaitu berpegang teguh kepada tali Allah (al-Quran) dan tidak bercerai-berai. Yang dilakukan Rasulullah adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar sebagai modal utama pembangunan masyarakat.

Yang kedua, Nabi Muhammad SAW membangun masjid di Madinah yang sekarang disebut sebagai Masjid Nabawy. Dari masjid itulah Nabi membina masyarakat dalam segala aspek kehidupan, keimanan dan ketaqwaan. Bahkan dari masjid itu pula nabi mengendalikan Negara Madinah. Nabi beristana di sana, angkatan perang juga dikonsentrasikan di sana, sekaligus sebagai Markas Besar Tentara Islam.

Yang ketiga, Mengganti nama Kota Yatsrib menjadi Madinah. Nama Madinah dipakai sebagai motivasi untuk masyarakat agar  menjadi masyarakat yang madani, yang maju, sejahtera, berbudaya dan berperadaban.

Yang keempat yang dilakukan oleh Nabi adalah Nabi menyadari bahwa masyarakat Madinah adalah masyarakat yang majemuk (bhineka), maka Nabi S.A.W membuat Piagam Madinah yang sangat terkenal sebagai undang-undang dasar pengaturan masyarakat yang majemuk tersebut. Majemuk dalam hal agama, budaya dan suku bangsa. Dalam masyarakat yang majemuk inilah diatur dan dikembangkan semangat kebersamaan dan toleransi (tasammuh) sebagai kunci keberhasilan pembangunan masyarakat madani.           
Jama’ah Jumat yang berbahagia Rahimakumullah,

Empat hal tersebut yang dapat kita ambil contoh / uswah yang baik,  yang hasanah kalau kita ingin membangun masyarakat yang beriman dan bertaqwa yang memperoleh barakah dan kesejahteraan dari langit dan bumi, sebagaimana dijanjikan oleh Allah dalam Q.S. al-A’araaf : 96 sebagai berikut:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى اَمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٌ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ.
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Berbagai musibah yang menimpa bangsa dan masyarakat kita akhir-akhir ini kalau kita kembalikan kepada ayat tersebut adalah (mungkin) dikarenakan masyarakatnya kurang beriman dan bertaqwa, mungkin itu. Kemaksiatan dan kemungkaran banyak terjadi. Korupsi, perselingkuhan, porno-grafi, porno-aksi, narkoba, perjudian dan sebagainya.

Musibah yang merupakan siksaan dari Allah itu memang tidak hanya menimpa kepada orang yang bermaksiat saja, tetapi dapat tertimpa pula kepada seuruh masyarakat yang tinggal dalam lingkungan masyarakat yang penuh dengan kemaksiatan. Oleh karena itulah Islam mengajarkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Kalau terjadi kemaksiatan dan kemunkaran menjadi tanggungjawab bersama kita semua untuk mencegahnya dan memperbaikinya menjadi amal yang makruf, yang baik yang sesuai dengan tuntunan agama.

Allah S.W.T berfirman dalam Q.S. Ali Imron : 104

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَ يَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah golongan orang-orang yang beruntung”.

Dakwah amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan secara aktif dengan mendatangi jama’ah. Ini mungkin sedikit kekeliruan kita yang harus dievaluasi. Dakwah kita selama ini menunggu jama’ah. Yang mau datang ke masjid, merekalah yang mendapat dakwah. Tapi yang tidak pernah datang ke masjid atau ikut pengajian tidak pernah dapat. Maka sesungguhnya dakwah yang strategis, yang tepat sesuai tuntunan al-Quran adalah kita datangi mereka.

Dalam Q.S. Ali Imron : 110 Allah S.W.T berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَلَوْ اَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُوْنَ.
“Kamu sekalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyaan mereka adalah orang-orang yang fasiq”.

Dalam ayat ini Allah SWT memberikan predikat kepada Umat Islam sebagai umat terbaik yang siap dikirim untuk keluar, untuk berdakwah menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar serta beriman kepada Allah. Jadi kesimpulan dari ayat ini saya kira bahwasanya kita harus merubah metode dakwah kita. Dari yang biasanya menunggu menjadi aktif mendatangi masyarakat dan mendakwahkan Islam.
Untuk mengefektifkan dakwah, membina masyarakat yang beriman dan bertaqwa berbasis masjid tersebut, maka Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta telah mencanangkan Yogyakarta sebagai Serambi Madinah.

Kita ingat bahwasanya Masjid Syuhada ini sebetulnya dibangun oleh NKRI yang hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta. Panitia pendiriannya adalah Bung Karno, Bung Hatta, Mr. Asaat dan sebagainya. Jadi, menurut saya Masjid Syuhada ini fungsi dan tugasnya sebagai duplikat dari Masjid Nabawy di Madinah. Jika dilihat dari tata arsitekturnya memang beda, tetapi nilai-nilai historisnya hampir sama. Masjid ini adalah masjid revolusi, masjid yang inisiatif pembangunannya pada saat NKRI hijrah ke Yogyakarta. Sangat terkenal pada waktu itu, Ketua Pendirian Masjid Syuhada adalah Mr. Asaat yang pada waktu itu sebagai Presiden Negara Bagian Republik Indonesia-Yogyakarta.

Oleh karena itu kalau MUI mengusulkan Yogyakarta sebagai Serambi Madinah dan Masjid Syuhada sebagai centra Masjid Madani-nya Yogyakarta saya kira cukup tepat. Memang Masjid Syuhada ini mengemban sejarah. Saya masih terkenang, ketika Masjid Syuhada ini pertamakali dibangun banyak sekali kegiatan-kegiatan yang luar biasa dan sangat-sangat maju manajemen pengelolaannya.

Dalam Amanat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Ngarso Dalem Ingkang Sinuwun Hamengku Buwono X dalam Amanat Pembukaan Rapat Kerja Daerah MUI Hari Sabtu tanggal 29 Januari Tahun 2011 yang dimuat dalam Surat Kabar Kedaulatan Rakyat tanggal 5 Februari 2011 di halaman 2, Beliau sangat mendukung gagasan Yogyakarta sebagai Serambi Madinah bahkan beliau menegaskan bahwa dengan predikat itu justeru dapat mendukung Keistimewaan Yogyakarta yang RUU -nya saat ini sedang dibahas di DPR RI.

Pembinaan keimanan dan ketaqwaan tersebut dilakukan oleh MUI D.I Yogyakarta melalui masjid-masjid yang tersebar di seluruh wilayah D.I Yogyakarta yang jumlahnya tidak kurang dari 6.175 Masjid termasuk salah satunya Masjid Syuhada ini.

Bagi MUI adanya predikat Yogyakarta sebagai Serambi Madinah ini adalah peluang untuk dakwah. Bukan apa-apa, bukan politik, bukan Ormas tetapi peluang untuk dakwah membina keimanan dan ketaqwaan masayarakat D.I. Yogyakarta karena dengan keimanan dan ketaqwaan itulah Allah akan membukakan barakah dari langit dan bumi sebagaimana dijanjikan oleh Allah dalam Q.S. Al-Ahzab : 96 tersebut. Semoga dengan nama Yogyakarta Serambi Madinah dapat memberikan dorongan kepada masyarakat uuntuk maju menjadi masyarakat yang berbudaya, berperadaban menuju masyarakat madani yang kita cita-citakan bersama.

أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَ لَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَ اسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَلَّلهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَ اِسْرَافَنَا لِْأَمْرِنَا وَ ثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَ انْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ  الْكَافِرِيْنَ. اَلَّلهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ مُوْجِبَةِ رَحْمَتِكَ وَأَدَاءِ إِمَامَ أَخِرَتِكَ وَ سَلَامَةً مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَ الْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَ الْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَ النَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ, وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.                    
 
      
Penyunting:
Cucu Cahyana
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar