(Peletakan Batu Pertama Masjid Agung Syuhada)
Masjid Agung Syuhada Yogyakarta merupakan monumen sejarah, pengingat-ingat akan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam merebut kemerdekaan N.K.R.I. Tokoh-tokoh seperti Mr. Asaat (Ketua Panitia), Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Sri Sultan HB IX, bahkan Sang Dwi Tunggal, Ir. Soekarno dan Moh.Hatta turut andil dalam pendirian masjid yang sangat modern ini (kala itu).
Sri Sultan HB IX sebagai Menteri Pertahanan R.I kala itu dan tentunya sebagai Ngarsa Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi tokoh peletak batu pertama pendirian masjid ini. Seperti yang terekam dalam foto di bawah ini:
(Gb. 7) Sri Sultan Hamengkubuwono IX bertindak sebagai peletak batu pertama pendirian Masjid Agung Syuhada Yogyakarta
Masjid Agung Syuhada terletak di jalan I Dewa Nyoman Oka 28 Kotabaru,Yogyakarta. Tidak boleh dilupakan bahwa masjid ini berdiri di atas tanah milik Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat (Sultan Ground). Sebelum berdirinya masjid ini, para pejuang pernah melakukan shalat jum'at berjamaah di Gereja Protestan, HKBP (Tenggara Masjid Syuhada saat ini). Sebuah contoh kehidupan beragama yang toleran.
Sebagai Kepala Daerah Yogyakarta, Sri Paduka Pakualam VIII pada upacara peletakan batu pertama ini menyampaikan amanat Presiden R.I yang saat itu berhalangan hadir. Naskah teks Ir. Soekarno ini terabadikan dalam gambar berikut:
(Gb. 8) Amanat Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pada upacara peletakan batu pertama pendirian Masjid Agung Syuhada Yogyakarta tertanggal 22 September 1950
Agar dapat terbaca dengan jelas, berikut admin petik kembali isi amanat yang tertulis dalam selembar kertas yang ditulis tangan oleh Ir. Soekarno itu (eja ulang oleh admin.):
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Saya mengucap syukur alhamdulillah bahwa pada hari ini telah dapat diletakkan batu-pertama bagi masjid Syuhada’ di Jogyakarta. Saya harap sdr-sdr bekerja segiat-giatnya, agar supaya pembinaan masjid ini berjalan terus dengan pesat, --jangan kiranya pembinaan ini terhenti di tengah jalan. Sekali kita mulai, maka pekerjaan ini harus kita teruskan, sampai selesai. Saudara ada mengetahui, bahwa saya sendiri mengingini masjid Syuhada yang lebih besar daripada yang dirancangkan sekarang ini. Tetapi ini tidak berarti, bahwa usaha yang sekarang ini tidak mempunyai simpati saya yang sebesar-besarnya. Tiap-tiap pembinaan masjid, walau sekecil-kecilnya pun, harus kita sambut dengan gembira. Pada hakekatnya, bukan besar-kecilnya masjidlah yang menentukan roman-muka kita di hadapan Tuhan, tetapi isi jiwa kitalah yang menentukan roman-muka kita itu.
Perlu kiranya diindahkan amanat presiden pertama ini tidak hanya oleh Panitia Pendirian Masjid Syuhada kala itu, tetapi juga oleh penerusnya yang mengelola dan memakmurkan masjid bersejarah ini. Paling tidak ada 2 hal yang masih bisa kita lanjutkan:
Pertama, apa yang dikatakan oleh beliau "Sekali kita mulai, maka pekerjaan ini harus kita teruskan,
sampai selesai" . Semangat seperti ini perlu dimiliki setiap aktivis MS. Dalam upaya berdakwah, mensyi'arkan Din Al-Islam harus dimiliki semangat pantang menyerah.
Kedua, "bukan besar-kecilnya masjidlah yang menentukan roman-muka kita di
hadapan Tuhan, tetapi isi jiwa kitalah yang menentukan roman-muka kita
itu" . Bukan besar-kecilnya kegiatan syi'ar yang diselenggarakan tetapi keikhlasan dan kesungguhan dalam berdakwah lah yang harus jadi niatan.
Penyunting:
Cucu Cahyana
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Penyunting:
Cucu Cahyana
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar